Minggu, 25 Maret 2012

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kedatangan Islam awalnya melalui perdagangan Internasional dan penyebaran atau penyampaiannya secara lebih mendalam oleh para da’i dan para wali (Di Jawa Wali Sanga) yang berasal dari luar atau dari Indonesia sendiri. Waktu kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia melalui beberapa fase dan yang abad ke-7 M. baru di bagian Barat Indonesia saja, Penyebaran Islam di Indonesia bahkan di wilayah Asia Tenggara berjalan dengan damai sesuai dengan prinsip-prinsip konsep Islam. Proses Islamisasi melalui berbagai jalur : Perdagangan, Pernikahan, Memasuki birokrasi, Sufisme, Pendidikan (Pesantren), dan Kesenian.
Untuk membicarakan Sejarah Islam di Indonesia dalam cakupan sebenarnya sangat banyak namun mengingat materi yang sangat luas dan waktunya yang terbatas maka penulis dalam tulisan ini hanya  menyampaikan polok-pokok permasahannya yang meliputi: kedatangan islam ke Indonesia dan  pertumbuhan serta perkembangan Islam di Indonesia.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah masuknya Islam ke Indonesia ?
2.      Bagaimanakah Pertumbuhan Islam di Indonesia?
3.      Bagaimanakah Perkembangan Islam di Indonesia?





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di Asia Tenggara.
Bahkan dua abad sebelum tarikh Masehi , Indonesia  (kepulauan nusantara) khususnya sumatera telah dikenal dalam peta dunia masa itu. Peta dunia tertua disusun oleh Claudius Ptolemaeus, seorang gubernur Kerajaan Yunani yang berkedudukan di Alexandria (Mesir), menyusun peta berjudul Geographyle telah menyebut dan memasukan nusantara dengan sebutan Barousai. Yang dimaksud tentunya pantai barat Sumatera yang kaya akan kapur barus.
Pedagang-pedangang muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdangang sejak abad ke-7 M (abad 1 Hijriah), ketika islam pertama kali berkembang di Timur Tengah.[1]
Sumber-sumber sejarah tentang Islamisasi di Indonesia ini sangat sedikit , dan menurut De Graaf, secara keseluran catatan-catatan sejarah tentang Islamisasi di Indonesia di dalam litelatur dan tradisi melayu sulit dipercaya. Oleh karena itu, banyak hal yang sukar dipecahkan sehingga sejarah Islam di Indonesia banyakyang bersifat perkiraan.
Sejauh menyangkut kedatangan Islam di Indonesia, terdapat perdebatan panjang diantara para ahli mengenai tiga hal pokok; yaitu tempat asal kedatangan Islam, siapa pembawa dan kapan waktu kedatangaanya. Berabagai masalah pokok ini jelasbelum tuntas, tidak hanya kekurangan data yang dapat mendukung suatu teori tertentu, tetapi juga karena sikap sepihak dari berbagai teori yang ada.
Sejumlah sarjana, kebanyakan asal Belanda memegang teori bahwa asal usul Islam di Indonesia adalah dari Anak Benua India, bukannya Persia atauArabia. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah Pijnappel, ahli dari Universitas Leiden. Dia mengitkan asal – usul Islam di Indonesia dengan wilayah Gujarat dan Malabar. Menurut dia, adalah orang-orang Arab bermazhab Syafi’i yang berimigrasi dan menetap di wilayah India tersebut yang  kemudian membawa Islam ke Indonesia Teori ini kemudian dikembangkan oleh Snouck Hurgronje.
Moquette, seorang sarjana Belanda lainnya, berkesimpulan bahwa asal-usul Is;lam di Indonesiaadalah Gujarrat. Ia mendasarkan kesimpulan ini setelah mengamati bentuk batu nisan di Pasai, kawasan utama Sumatera, khususnya yang bertanggal 17 Dzu al-Hijjah 831 H/27 Seftember 1428 M. Batu nisan yang kelihatan mirip dengan batu nisan lain yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (w 882/1419) di Gresik, Jawa Timur ternyata sama bentuknya dengan batu nisan di Gujarat. Berdasarkan contoh-contoh batu nisan ini ia berkesimpulan, bahwa batu nisan di Gujarat dihasilkan bukan hanya untuk pasar lokal, tetapi juga unuk diimpor ke kawasan lain, termasuk Sumatera dan Jawa. Selanjutnya dengan mengimpor batu nisan dari Gujarat, orang-orang Nusantara juga mengambil Islam dari sana.
Sedangkan Arnold berpendapat Islam dibawa ke Nusantara antara lain juga dari Coromandel dan Malabar. Ia menyokong teori inidengan menunjuk pada persamaan mazhab fiqh di antara kedua wilayah tersebut. Tetapi menurut Arnold, Coromandel danMalabar bukan satu-satunya tempat asal Islam dibaw, tetapi juga dari Arabia. Dalam Pandangannya, para pedagang Arab juga menyebarkan Islam ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijriah atau abad ke-7 dan ke-8 M. Meski tidak terdapat catatan sejarah tentang kegiatan mereka dalam penyebaran Islam kepada penduduk Lokal di Indonesia.
Teori Arab ini juga dipegang pula oleh Neeman dan de Holanderdengan sedikit revisi, mereka memandang bukan Mesir sumber Islam di Indonesia, melainkan Hadhramaut. Sebagaimana ahli Indonesia setujju dengan teori Aran ini. Dalam seminar yang diselenggarakan di Medan pada tahun 1969 dan 1978 tentang kedatngan Islam ke Indonesia mereka meyimpulkan, Islam datang langsung dari Arab, tidak dari India, tidak pada abad ke-12 atau ke-13 melainkan pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 Masehi.
Mempertimbangkan riwayat-riwayat yang dikemukakan historiografi klasik, maka kita bisa mengambil empat tema pokok. Pertama, Islam dibawa langsung dari Arabia, kedua, Islam diperkenalkan oleh para guru dan penyiar profesional yakni mereka yang khusus bermaksud menyebarkan Islam; ketiga yang mula-mula masuk Islam adalah para penguasa; dan keempat, kebanyakan para penyiar Islam “profesioanal” ini datang ke Indonesia pada abad ke-12 dan ke-13 M. [2]
2.2 Pertumbuhan Islam di Indonesia
Proses Islamisasi di Indonesia telah terjadi pada abad pertama Hijrah atau abad ke -7 Masehi dilakukan oleh para pedagang muslim, namun konversi agama terjadi secara besar-besaran pada masyarakat Indonesia sejak abad ke-13 dilakukan oleh para juru dakwah profesional atau para sufi pengembara yang tugas utama mereka hanya untuk berdakwah, bukan sebagai pedagang dan menjadikan tugas dakwah sebagai sambilan.
Menurut kesimpulan “Seminar Masuknya Islam ke Indonesia” di Medan tahun 1963, Islam masuk ke Indonesia sudah semenjak abad pertama Hijriah atau abad ke -7 M.
“Seminar Masuknya Islam ke Indonesia” tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut.
1. Menurut sumber-sumber yang diketahui, Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah dan langsung dari Arab.
2. Daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera, dan bahwa setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh.
3. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Indonesia ikut aktifn mengambil bagian.
4. Mubaligh-mubaligh Islam yang pertama-tama itu selain sebagai penyiar Islam juga sebagai saudagar.
5. Peyiaran Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai.
6. Kedatangan Islam ke Indonesia membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.[3]
Jalur –jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam yang mula-mula di Indonesia adalah sebagai berikut.[4]
1. Melalui Jalur Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M membuat para pedagang muslim ( Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan  timur benua Asia.
2. Melalui Jalur Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik dari pada kebanyakan pribumi sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu.
3. Melalui Jalur Tasawuf
Para penyebar Islam juga dikenal sebagai pengajar-pengajar tasawuf. Mereka mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam hal magis dan memiliki kekuatan –kekuatan menyembuhkan.
4. Melalui Jalur Pendidikan
Dalam Islamisasi di Indoinesia ini, juga dilakukan melaui jalur pendidikan seperti pesantren, surau, masjid, dan lain-lain yang dilakukan oleh guru-guru agama, kiai dan ulama. Jalur pendidkan dilakukan oleh para wali khususnya di jawa dengan membuka lembaga pendidikan pesantren sebagai tempat kaderisasi mubaligh-mubaligh Islam dikemudian hari.
5. Melalui Jalur Kesenian
Penyebar Islam juga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra, dan berbagai kesenian lainnya.
6. Melalui Jalur Politik
Para penyebar Islam juga menggunakan pendekatan politik dalam penyebaran Islam. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di Indonesia.
Ada dua faktor utama yang menyebabkan Indonesia mudah dikenal oleh bangsa-bangsa di Timur Tengah dan Timur Jauh sejak dahulu kala, yaitu:
1. Faktor letak geografisnya yang strategis, Indonesia berada di persimpangan jalan raya Internasional dari jurusan Timur Tengah menuju Tiongkok, melalui lautan dan jalan menuju benua Amerika dan Australia.
2. Faktor kesuburan tanahnya yang menghasilkanbahan-bahan keperluan hidup yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain, misalnya : rempah-rempah.[5]

2.3 Perkembangan Islam di Indonesia
            Dalam waktu yang relatif singkat, ternyata agama baru ini- maksud-nya agama Islam- dapat diterima dengan baik oleh sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat jelata hingga raja-raja. Sehingga penganut agama ini pada akhir abad ke-6 H (abad ke-12M), dan tahun-tahun selanjutnya, berhasil menjadi suatu kekuatan muslim Indonesia yang ditakuti dan diperhitungkan.
Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyiddin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah , dalam bukunyaUrubatu wawl Islamu fi Janabul Syarqi Asia alhindu wa Indonesia, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1. Faktor Agama
Faktor agama, yaitu akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnyayang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan seperti Brahmana dalam sisten kasta yang diajarkan Hindu. Masyarakat diyakinkan bahwa dalam Islam semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak ada yang lebih utama dalam pandangan Allah kecuali karena takwanya. Mereka juga sama di dalam hukum, tidak ada yang diistimewakan meskipun ia keturunan bangsawan. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat dapat saling hidup rukun, bersaudara, bergotong-royong, saling menghargai, saling nengasihi, sehinggga toleransi Islam merupakan ciri utama bangsa yang dikenal hingga dewasa ini.
2. Faktor Politik
Faktor pilitik yang diwarnai oleh pertarungan dalam negeri antara negara-negara dan pengusa-penguasa Indonesia, serta oleh pertarungan negara-nrgara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa, para bangsawan, dan para pejabat di negara-negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang dipandang mereka sebagai senjata agar ampuh untuk melawan dan menumbangkan  kekuatan Hindu, agar mendapat dukungan kuat dari seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dapat dibuktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman dibangkitlkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia, baik Jawa, Sumatera, maupun kepulauan Indonesia lainya, dengan mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat keislaman itu akan bangkit serentak sebagai suatu kekuatan yang dasyat.
3. Faktor Ekonomis
Faktor ekonomi yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke Cina, India dan Teluk Arab/Parsi yang merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikan keuntungan yang tidak sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagipelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang masuk maupun yang keluar.
            Ternyata orang-oranmg yang telibat dalam perdagangan itu bukan hanya para pedagang, tetapi diantara mereka terdapat para penguasa negara-negara bagian, pejabat negara dan kaum bangsawan. Karena perdagangan melalui lautan Indonesia dan India hampoir seluruhnya dikuasai para pedagang Arab, maka para pedagang Indonesia yang terdiri dari para pejabat dan bangsawan itu, yang bertindak sebagai agen-agen barang Indonesia yang akan dikirim ke luar dan sebagai penyalur barang-Arab yang sekaligus mengajak mereka kepada agama baru itu. Menurut riwayat, Sultan Pasai yang muslim itu mau membuka pasar-pasarnya bagi pengusaha Kerajaan Malaka asalkan mereka bersedia menganut agama Islam.
            Demikianlah perdgangan antara kepulauan Indonesia berjalan pesat sekali, sehingga Islam berhasil Irian dan Papua, sementara orang-orang Hindu bertahan di Bali dan Lombok Barat.[6]
Setelah terjadi proses penyebaran Islam lambat laun tumbuh dan berkembang Keultanan-Kesultanan dengan dinamika sejarahnya dalam berbagai aspek:social-politik, social ekonomi-perdagangan, social keagamaan dan kebudayaan. Dalam bidang socialpolitik biasanya terjadi pergantian kekuasaan yang mulus tetapi kadang-kadng tidak mulus. Tidak mulus disebabkan terjadinya perebutan kekuasaan di kalangan keluarga; dan juga kadang-kadang karena hasutan politik dari luar dari pihak yang menginginkan penjajahan termasuk bidang monopoli perdagangan. Dalam menjalankan politik pemerintahan Kesultanan mempunyai system birokrasi yang cukup lengkap, tetapi jika mulai dimasuki system birokrasi Barat (dari Penjajah)mulai terjadi perlawanan.
Tumbuh dan berkembangnya Kesultanan –Kesultanan di Indonesia tidak menunjukkan persamaan karena ada yang sejak abad ke-16, 17 dan ke-18 M.mulai memudar bahkan pada awal abad ke-19 M. mulai di bawah lindungan pemerintahan jajahan (terutama Belanda sejak VOC –Hindia Belanda) dan ada yang baru awal abad ke 20 M. contohnya Kesultanan Aceh Darussalam baru dikuasai Hindia-Belanda. Bahkan pada abad ke-19 M. di manamana timbul gerakan social dan keagamaan misalnya Pemberontakan Cilegon, Perang Padri, Pemberontakan Antasari, dan di daerah-daerah lainnya. Pemberontakan atau perlawanan-perlawanan terhadap penjajah tersebut umumnya dipimpin para Kiai atau Ulama. .
Di antara sejumlah Kesultanan di Indonesia yang pada abad ke-17 M. mencapai keemasan dilihat dari berbagai aspek kehidupan: politik, ekonomi-perdagangan, keagamaan dan kebudayaan: ialah Kesultanan Aceh Darussalam semasa Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Mataram semasa Sultan Agung Hanyakrasusumo, Kesultanan Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Gowa semasa Sultan Hasan Uddin.
Dapat kita catat tentang kemajuan keagamaan terutama yang memberikan warisan kesasteraan agama Islam mengenai berbagai hal: Taugid, Tasawuf dan Tarekatnya, Fikh, Musyah AlQur’an, dan lainnya ialah Kesultanan Aceh Darussalam, kemudian Kesultanan Banaten. Aceh terkenal dengan para ulama besarnya dan tempat berguru para kiai sebelum pergi menenuaikan ibadah haj, karena itu sering digelari Aceh Serambi Mekkah. Di Aceh hidup Hamzah Fansuri (w. 1527 M.), Syamsuddin As-Sumaatrani (abad 17 M.), Nuruddin Ar-Raniri ( abd-17 M.), Abdurrauf As-Singkili (abd 17 M.)dan lainnya. Dari Aceh mulai sastra keagamaaan Islam yang ditulis dalam huruf Jawi berbagasa Melayu dan tersebar ke berbagai daerah Indonesia: di Sumatara, di Bima, Maluku, Sulawesi-Buton, Kalimantan.
Demikian pula pengaruhnya ke Banten , Cirebon dan lainnya. Pada abad 17 dan 18Masehi hubungan atau jaringan kuat antara ulama-ulama Timur Tengah dan Melayu-Indonesia. KItab-kitab Fikh yang tersebar sejak masa lampau di Indonesia telah banyak dibicarakan dan dapat kami catatan pada umumnya di Kesulatanan-Kesultanan di Indonesia menerapkan Syari’ah terutama di bidang Ubudiyah, Muamalah dan Hudud, tetapi dalam bidang Jinayah tidak kecuali satu masa di Kesultanan Aceh Darussalam semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 tetapi kemudian dihapus mada masa Iskandar Thani (baca Denys Lombard: Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskanda Muda (1607-1636), KPG-EFEO 2006, hlm. 118-119)
Hubungan perekonomian dan perdagangan antar Kesultanan di Indonesia dan antar Bangsa dengan negeri-negeri di Asia Tenggara, Di Timur Jauh: Cina, Jepang dan lainnya dan juga dengan Timur Tengah: Arabia, Persi (Iran), Irak, Turki, Mesir dan lainnya berjalan terus sekalipun penah dirintangi oleh politk monopoli perdagangan Portugis dan Belanda. Setelah penjajahan VOC dan kemudian Hindia Belanda praktis beberapa Kesulatanan perekonomian dan perdagangannya beralih kepada penjajah kecuali Aceh baru pada awal abad ke-20 awal. Hubungan-hubungan ekonomi pedagangan dengan negeri-negeri Islam diperkuat juga dengan hubungan persabatan dalam menghadapi penjajahan.
Dapat pula kita catatat bahwa meskipun penjajahan VOC-Hindia Belanda merupakan factor keruntuhan bagi Kesultanan-Kesultanan di Indonesia namun perlawanan dengan cara pemberontakan seperti telah dikatakan di atas berjalan terus. Untuk merintangi atau menghalangi kegiatan-kegiatan Islam di berbagai bidang Pemerintah Hindia Belanda misalnya dalam bidang ibadah haj dikeluarkanlah Haji Ordonansi 1922 yang sebanarnya merugikan umat Islam Indonesia. Demikian pula di bidang pendidikan muncul Ordonnansi Guru, 1925. Politik penjajahan Belanda untuk merintangi berbagai upaya bagi umat Islam telah diatur pula oleh Het Kantoor voor Inlandsche Zaken , tetapi anehnya lebih mengatur kehidupan keagamaan yang dianut bangsa Indonesia yang dapat kita perhatikan dalam disertasi H. Aqib Suminto “Politik Islam Hindia Belanda” LP3S, 1986.
Mengenai keberadaan pendidikan zaman Penjajahan Belanda dengan berbagai gerakan pendidikan sebagai lawan perimbangan terhadap system pendidikan yang diciptakan Penjajahan Belanda misalnya tumbuh dan berkembangnya pendidikanpendidikan Islami yang dipelopori oleh Syaikh Ahmad Khatib, Syaikh Thahir Jalaluddin, Syaikh Mugammad Jamil Jambek dll di daerah Minangkabau dan di antara lain yang berpengaruh ialah pendidikan Surau Jembatan Besi. Demikian juga di Jakarta waktu itu tahun 1905, Muhammadiyah di Yogyakarta, Haji Abdulkarim dengan Hayatul Qulub di Majlengka, dan gerakan-gerakan pendidikan sebagai pembaruan untuk pendidikan Islam.
Demikian pula dibicarakan hal-hal berhubungan dengan gerakan politik dari tahun tahun tersebut. Setelah jaman Penjajahan Belanda bagaimana kehidupan politik dan lainnya dalam Islam di Indonesia pada zaman Pendudukan Jepang, kita akan mendapat gambaran bagaimana dari salah sebuah buku yang juga menerangkan tentang segi positif dan sefi negatifnya tindakan Pemerintah Pendudukan Jepang, terlebih yang diakibatkan tindakantindakan Jepang yang menyebabkan penderitaan rakyat yang juga menimbulkan pemberontakan-pemberontakan di beberapa tempatSelanjutnya kita akan sampai pada pebicaraan tentang Islam sejak Kemerdekaan Indonesia terutama masalah perjuangan Islam masa modern dari sekitar tahun 1945 sampai 1965 an setelahnya. B.J. Bolland dalam “ The Struggle Of Islam In Modern Indonesia” 1971, telah memberikan gambaran gerakan-gerakan politik Islam di zaman sejarah Indonesia modern itu dan dampaknya terhadap kehidupan setelah 25 tahun sejak merdeka.
Boland dalam kajiannya melakukan pendekatan sosiologis yaitu dari segi awal idea-idea dunia Islam dan sejarahnya untuk mengetahui sejauh dan bagaimana fungsi fungsi Islam sebagai kekuatan yang hidup di Indonesia baru. Sehubungan dengan itu dikatakan pelunya serta akan berhasil jika dilakukan pendekatan perkembangannya selama duapuluh limatahun dan dari sudut inilah untuk memperoleh beberapa bahan tentang kegiatan-kegiatan Islam secara spesifik, problema-problema serta kecenderungan-kecenderungannya. Menarik perhatian kita bahwa Boland memberikan gambaran kepada kita kecuali tentang perkembangan Islam 25 tahun juga memberikan gambaran pembagian gambaran politik tahun 1945-1955, kemudian masa penguatan kedalam komunitas Islam sendiri sampai peningkatannya (1955-1965), dan masa setelah 30 September 1965. [7]


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam karya tulis ini penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1.      Mempertimbangkan riwayat-riwayat yang dikemukakan historiografi klasik, maka kita bisa mengambil empat tema pokok. Pertama, Islam dibawa langsung dari Arabia, kedua, Islam diperkenalkan oleh para guru dan penyiar profesional yakni mereka yang khusus bermaksud menyebarkan Islam; ketiga yang mula-mula masuk Islam adalah para penguasa; dan keempat, kebanyakan para penyiar Islam “profesioanal” ini datang ke Indonesia pada abad ke-12 dan ke-13 M.
2.      Proses Islamisasi melalui berbagai jalur : Perdagangan, Pernikahan, Memasuki birokrasi, Sufisme, Pendidikan (Pesantren), dan Kesenian.
3.      Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyiddin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah , dalam bukunyaUrubatu wawl Islamu fi Janabul Syarqi Asia alhindu wa Indonesia, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu faktor agama, politik, dan ekonomi.
3.2  Saran
Penulis menyarankan pada pembaca supaya menumbuhkan citra kejayaan Islam kita Indonesia, selain itu kita  perlu mengusahakan supaya terpeliharanya uhuwah Islamiah di kalangan umat Islam Indonesia khususnya dan umat Islam di dunia pada umumnya, berpedoman kepada isi dan maknan Al-Qur’an dan Hadis serta ajaran-ajaran dalam Syari’ah.


[1] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2010, hlm. 301
[2] Choirun Niswah, M.Ag, Sejarah Pendidikan Islam, Palembang :  Rafah Press, 2010, hlm. 149 - 153
[3] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, op. Cit., hlm. 303
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 201-203
[5]Dra. Zuhair, dkk, Sejarah pendidikan islam , Jakarta: Bumi Aksara,  2004, hlm. 130

[6] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, op. Cit., hlm. 316-319
[7] http : www. PENGAYAAN MATERI PELAJARAN SEJARAH ISLAM DI INDONESIA, Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah.di akses 5 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Aksi Nyata Modul 1.4 : Budaya Positif   Sekolah harus berupaya untuk menciptakan lingkungan pendidikan di mana semua warga nya , terutama ...